Saturday, August 9, 2014

ABDOMINAL PAIN

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).
Kasus abdominal pain tercatat  5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson D, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke instalasi gawat darurat mengeluh nyeri perut (Cordell WH et all, 2002). Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus  lebih umum terjadi  pada bayi (Graff LG, Robinson D, 2001).
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.Gawat abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran cerna.Infeksi, obstruksi, atau strangulasi saluran cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Arief dkk, 2000).
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan melakukan analisis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Pengetahuan anatomi dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk menyingkirkan satu demi satu dari kemungkinan penyebab nyeri perut akut(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
   

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen.Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan onset mendadak, dan atau durasi pendek.Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/ hilang timbul.Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut (Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007).

2.2.Jenis nyeri perut
Nyeri perut dapat berupa nyeri viseral maupun nyeri somatik, dan dapat berasal dari berbagai proses pada berbagai organ di rongga perut atau di luar rongga perut, misalnya di rongga dada (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
a.       Nyeri Viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam ronggaperut, misalnya karena cedera atau radang.Peritoneum viserale yang menyelimuti organ perutdipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka terhadap perabaan, atau pemotongan.Dengan demikian sayatan atau penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa terasaolehpasien. Akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau terjadi kontraksiyang berlebihan pada otot yang menyebabkan iskemia,seperti pada kolik atau radangakan timbul nyeri. Pasien yang mengalami nyeri viseral biasanyatidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri sehingga biasanya ia menggunakanseluruh telapak tangannya untuk menunjuk daerah yang nyeri (Sjamsuhidajat dkk,2010).
Nyeri viseral memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrionalorgan bersangkutan. Saluran cerna yang berasal dari usus depan (foregut), yaitu lambung, duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas menimbulkan nyeri di ulu hati atau epigastrium. Bagiansaluran cerna yang berasal dariusus tengah (midgut), yaitu usus halus dan usus besar sampai pertengahankolon transversum menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus.Bagian saluran cerna lainnyayaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon sigmoidyang berasal dari usus belakang (hindgut) menimbulkan nyeri di perut bagian bawah.Demikian juga nyeri dari buli-buli dan rektosigmoid (lihat Gambar 2.1A).Karena tidak disertai rangsanganperitoneum, nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga penderita biasanya dapat aktifbergerak(Sjamsuhidajat dkk, 2010).

b.      Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding perut. Nyeri dirasakanseperti ditusuk atau disayat, dan pasien dapat menunjuk letak nyeri dengan jarinya secara tepat. Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan, rangsang kimiawi atauproses radang (lihat Tabel 2.1 dan 2.2) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Tabel 2.1. Persarafan sensorik organ perut
Organ atau struktur
Saraf
Tingkat persarafan
Bagian tengah diafragma
N. frenikus
C3-5
Tepi diafragma, lambung, pankreas, kandung empedu, usus halus
Pleksus seliakus
Th 6-9
Apendiks, kolon proksimal, dan organ panggul
Pleksus mesenterikus
Th 10-11
Kolon distal, rektum, ginjal, ureter, dan testis
N. splanknikus kaudal
Th 11-L1
Buli-buli, rektosigmoid
Pleksus hipogastrikus
S2-S4
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang peritoneum danmenyebabkan nyeri. Peradangannya sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneumdapat menyebabkan perubahan intensitas nyeri.Gesekan inilah yang menimbulkan nyerikontralateral pada apendisitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerakan tubuh maupungerakan nafas yang dalam atau batuk, akan menambah rasa nyeri sehinggapenderita gawat perut yang disertai rangsang peritoneum berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal danmenahan batuk (Sjamsuhidajat dkk, 2010). 
Tabel 2.2.Letak nyeri somatik
Letak
Organ
Abdomen kanan atas
Kandung empedu*, hati, duodenum, pankreas, kolon, paru, miokard
Epigastrium
Lambung*, pankreas, duodenum, paru, kolon
Abdomen kiri atas
Limpa*, kolon, ginjal, pankreas, paru
Abdomen kanan bawah
Apendiks*, adneksa*, sekum, ileum, ureter
Abdomen kiri bawah
Kolon*, adneksa*, ureter
Suprapubik
Buli-buli*, uterus, usus halus
Periumbilikal
Usus halus
Pinggang/ punggung
Pankreas*, aorta, ginjal
Bahu
Diafragma*
* Organ yang paling sering menimbulkan nyeri somatik
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
2.3.Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik biasanya dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah menentukan penyebabnya (lihat Tabel 2.2, Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).Nyeri pada anak prasekolah sulit ditentukan letaknya, karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya tentang nyerinya.Anak yang lebih besar baru dapat menentukan letak nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.1 Nyeri perut
A.      (1) nyeri viseral dari lambung, duodenum, system hepatobilier, dan pancreas (foregut) dirasakan di ulu hati, (2) nyeri dari duodenum sampai pertengahan kolon transversum (midgut) dirasakan di perut tengah, disekitar pusat, (3) kelainan pada saluran cerna dari pertengahan kolon transversum sampai sigmoid (hindgut) menyebabkan nyeri yang dirasakan diperut bagian bawah.
B.      Kolik empedu pada mulanya mungkin dirasakan di epigastrium atau hipokondrium kanan; (4) umumnya terdapat nyeri alih ke daerah ujung skapula di punggung (titik Boas), (5) nyeri dari pelvis renalis dan kolik ureter biasanya dirasakan di genitalia eksterna dan daerah inguinal.
C.       Seperti pada gambar B, (4) titik Boas, (6) kelainan organ dan struktur retroperitoneal seperti pankreas dan ginjal lazim menyebabkan nyeri pinggang, (7) kelainan uterus dan rektum dirasakan di region sakrum, (8) nyeri alih dari diafragma dirasakan di bahu.



·   Perut kanan atas : (1) abses amuba, (2) kolesistitis akut, (3) perforasi tukak peptik.
·   Perut kiri atas : (4) cedera atau abses limpa, (5) pankreatitis akut.
·   Perut kanan bawah : (6) apendisitis akut, (7) adneksitis akut.
·   Perut kiri bawah : (8) divertikulitis sigmoid,    (9) adneksitis akut.

Gambar 2.2. Nyeri lokal disertai nyeri tekan lokal dan defans muskuler lokal.

2.4.Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang diproyeksikan.Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis.Nyeri bilier khas menjalar ke pinggang dan ke arah belikat (skapula), nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke bagian pinggang.Nyeri pada bahu menunjukkan adanya rangsangan pada diafragma (lihat Gambar 2.1C) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
a.       Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu (lihat Gambar 2.1C dan 2.3). Demikian juga pada kolestitis akut, nyeri dirasakan didaerah ujung belikat (lihat Gambar 2.1B dan 2.1C).Abses dibawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu.Kolik ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labium mayor atau testis (lihat Gambar 2.1B). Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari nyeri alih (Sjamsuhidajat, dkk., 2010).

Gambar 2.3 Persarafan diafragma dan bahu; rangsangan pada pleura atau peritoneum dapat dirasakan sebagai nyeri bahu.
A.  Inervasi diafragma dan bahu oleh saraf servikal : (1) saraf C3, C4, dan C5, (2) n. frenikus.
B.  (1) Iritasi n. frenikus dapat dirasakan di bahu : daerah bahu yang disarafi, (2) paru-paru dan pleura viseralisnya, (3) diafragma dengan pleura parietalis disebelah kranial dan peritoneum parietalis disebelah kaudal, (4) hepar dan peritoneum viserale, (5) rongga abdomen.

b.      Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris akibatcedera atau peradangan saraf.Contoh yang terkenal ialah nyerifantom setelahamputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster.Radang saraf ini pada herpeszoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala atau tandaherpes menjadi jelas dan rasa nyeri ini dapat menetap bahkan setelah penyakitnya sudah sembuh (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
c.       Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan dikulit jika ada peradangan pada rongga dibawahnya.Pada gawat abdomen, hiperestesia sering ditemukan pada peritonitis local maupun peritonitis umum (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat itu terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hiperestesia kulit setempat (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
d.      Nyeri kontinu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-menerus karena proses berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskuler, kontraksi dinding perut yang terjadi secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dari tekanan setempat.
e.       Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intralumen).Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran.Karena kontraksi ini berjeda, kolik dirasakan hilang timbul.Fase awal gangguan pendarahan dinding usus juga berupa nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah.Saat serangan, pasien sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling ditempat tidur atau di jalan.Yang khas adalah trias kolik yang terdiri atas serangan nyeri perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
f.       Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak menyurut.Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, merosotnya keadaan umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan  nekrosis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
g.      Nyeri pindah
Nyeri dapat berubah sesuai dengan perkembangan patologi.Pada tahap awal apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral dirasakan disekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah.Setelah radang terjadi diseluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik.Pada saat ini, nyeri dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu diperut kanan bawah.Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangrene (apendisitis gangrenosa), nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut, kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis (lihat Gambar 2.4A) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan asam hidroklorida dan empedu masuk ke rongga abdomen yang sangat merangsang peritoneum setempat.Si sakit merasa sangat nyeri ditempat rangsangan itu, yaitu diperut bagian atas. Setelah beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri itu kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan nyeri pertama karena terjadi pengenceran.Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang mulai di ulu hati pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri pada apendisitis akut. Akan tetapi kedua keadaan ini, apendisitis akut maupun perforasi lambung atau duodenum, akan mengakibatkan peritonitis purulenta umum jika tidak segera di tanggulangi  dengan tindak bedah (lihat Gambar 2.4B) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.4 Nyeri yang pindah
A.   Apendisitis akut: awalnya nyeri bersifat difus dan berangsur dirasakan di ulu hati atau sekitar pusat sebagai nyeri viseral, lalu berubah menjadi nyeri lokal akibat rangsangan peritoneum setempat kanan bawah yang terasa lebih hebat, menetap, dan dipengaruhi oleh setiap gerakan peritoneum terhadap organ dan struktur sekitarnya.
B.    Pada perforasi tukak peptik duodenum, awal nyeri sangat tajam dan hebat; nyeri ini berpindah ke fosa iliaka kanan bawah dan berangsur berkurang karena cairan isi duodenum mengalami pengenceran.

2.5.Mula nyeri dan beratnya
Bagaimana bermulanya serangan nyeri dapat menggambarkan sumber nyeri.Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat menjadi hebat, tetapi dapat pula secara bertahap semakin nyeri. Misalnya pada perforasi organ yang berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi bakteri. Demikian pula intensitas nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Seorang yang sehat tiba-tiba merasakan nyeri perut hebat dapat disebabkan oleh adanya sumbatan, perforasi, atau puntiran. Nyeri yang bertahap makin hebat biasanya disebabkan oleh proses radang, misalnya pada kolesistitis akut atau pankreatitis akut (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

2.6.Posisipasien
Posisi pasien dalam usaha mengurangi nyeri tertentu dapat menjadi petunjuk. Pada pankreatitis akut, pasien akan berbaring pada sisi sebelah kiri dengan fleksi pada tulang belakang, panggul, dan lutut. Kadang penderita akan duduk bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Penderita abses hati biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah perut bagian atas seakan-akan menggendong absesnya.Pasien apendisitis akut yang letaknya retrosekum cenderung berbaring dengan fleksi pada sendi panggul sebagai usaha melemaskan otot psoas yang teriritasi.Gawat abdomen akibat iritasi pada diafragma akan menyebabkan pasien lebih merasa nyaman dalam posisi setengah duduk yang memudahkan bernapas. Pasien peritonitis local atau umum tidak dapat bergerak karena nyeri, sedangkan penderita kolik terpaksa bergerak-gerak karena nyerinya (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

2.7.Pemeriksaan
a.       Anamnesis
Dalam anamnesis penderita gawat abdomen, perlu ditanyakan dahulu permulaan timbulnyanyeri (kapan mulai, mendadak atau berangsur), letaknya (menetap, pindah atau beralih), keparahannya dan sifatnya (seperti ditusuk, tekanan, terbakar, irisan, bersifat kolik), perubahannya (bandingkan dengan permulaan), lamanya, apakah berkala, dan faktor apakah yang mempengaruhinya (adakah yang memperingan atau memberatkan seperti sikap tubuh, makanan, minuman, nafas dalam, batuk, bersin, defekasi, miksi).Harus ditanyakan apakah pasien pernah mengalami nyeri seperti ini(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk peritoneum viseral (nyeri viseral) atau peritoneum parietal atau dari otot, lapisan dari dinding perut (nyeri somatik).Pada saat nyeri dirasakan pertama kali, nyeri viseral biasanya nyeri yang ditimbulkan terlokalisasi dan berbentuk khas.Nyeri yang berasal dari organ padat kurang jelas dibandingkan myeri dari organ yang berongga.Nyeri yang berasal dari viseral dan berlangsung akut biasanya menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung berubah, pucat dan berkeringat dan disertai fenomena viseral motor seperti muntah dan diare.Biasanya pasien juga merasa cemas akibat nyeri yang ditimbulkan tersebut (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Muntah sering ditemukan pada penderita gawat perut. Pada obstruksi usus tinggi, muntah tidak akan berhenti, malahan biasanya bertambah hebat. Sembelit (konstipasi) didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri tekan didapatkan pada letak iritasi peritonium. Jika ada peradangan peritonium setempat, ditemukan tanda rangsang peritonium yang sering disertai defans muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi, daur haid dan gejala lain seperti keadaan sebelum diserang tanda gawat perut, harus dimasukkan dalam anamnesis(Sjamsuhidajat dkk, 2010).

b.      Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan (lihat Tabel 2.3)(Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Tabel 2.3. Tanda pemeriksaan fisik pada berbagai gambaran gawat abdomen
Keadaan
Tanda klinis penting
Awal perforasi saluran cerna atau saluran lain
Perut tampak cekung (awal), tegang, bunyi usus kurang aktif (lanjut), pekak hati hilang, nyeri tekan, defans muskuler
Peritonitis
Penderita tidak bergerak, bunyi usus hilang (lanjut), nyeri batuk, nyeri gerak, nyeri lepas, defans muskuler, tanda infeksi umum, keadaan umum merosot
Massa, infeksi atau abses
Massa nyeri (abdomen, pelvis, rektal), nyeri tinju, uji lokal (psoas), tanda umum radang
Obstruksi usus
Distensi perut;peristalsis hebat (kolik usus) yang tampak di dinding perut, terdengar (borborigmi), dan terasa (oleh penderita yang bergerak); tidak ada rangsangan peritoneum
Ileus paralitik
Distensi, bunyi peristalsis kurang atau hilang, tidak ada nyeri tekan lokal. Pada iskemia/ strangulasi, distensi tidak jelas (lama), bunyi usus mungkin ada, nyeri hebat sekali, nyeri tekan kurang jelas, jika kena usus mungkin keluar darah dari rectum, tanda toksis
Perdarahan
Pucat, syok, mungkin distensi, berdenyut jika aneurisma aorta, nyeri tekan lokal pada kehamilan ektopik, cairan bebas (pekak geser), anemia
(Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Pada pemeriksaan perut, inspeksi merupakan bagian pemeriksaan yang penting.Auskultasi diadakan sebelum dilakukan perkusi dan palpasi. Lipat paha dan tempat hernialain diperiksa secara khusus. Umumnya dibutuhkan colok dubur untuk membantu penegakan diagnosis (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pasien dengan akut abdomen biasanya diperiksa posisi supine.Inspeksi abdomen dilakukan dengan teliti.Posisi tider pasien dan apakah pasien tetap merasakan nyeri pada posisi supine dan berusaha untuk berada pada posisi tertentu untuk menghindari nyeri merupakan hal penting untuk menentukan penyebab dari akut abdomen tersebut. Pasien dengan peritonitis cenderung untuk imobilitas dan terus merasa kesakitan, perubahan posisi akan merangsang peritoneumnya dan meningkatkan nyeri abdomennya (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Palpasi dilakukan dengan hati-hati untuk menentukan lokasi nyeri jika nyeri tersebut terlokalisir. Melalui palpasi dapat ditentukan adanya nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya massa. Adanya nyeri lepas lebih mengarah kepada suatu peritonitis.Lokasi nyeri abdomen berhubungan dengan penyebab dari nyeri tersebut.Beberapa tanda sering digunakan sebagai patokan adanya etiologi dari nyeri abdomen tersebut.Tanda Murphy berupa nyeri tekan pada perut kanan atas pada saat inspirasi sensitif untuk kolesistitis akut tetapi pemeriksaan ini tidak spesifik.Nyeri tekan dan nyeri lepas disertai rigiditas pada daerah Mc Burney yaitu pada perut kanan bawah sensitive untuk suatu apendisitis akut (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pada pemeriksaan auskultasi, bising usus yang didengar cukup bervariasi tergantung penyebab dari akut abdomen tersebut. Pada ileus paralitik atau peritonitis umum bising usus tidak terdengar sedang pada obstruksi usus bising usus akan meningkat dan kadang kala kita mendengar Metallic’s sound. Adanya suara bruit pada saat auskultasi menunjukkan kelainan vaskuler tetapi pada pasien yang kurus kita bias mendengar bruit pada daerah epigastrium yang berasal dari aorta abdominalis (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pemeriksaan bagian perut yang sukar dicapai, seperti daerah retroperitoneal, region subfernik, dan panggul, dapat dicapai secara tidak langsung dengan uji tertentu.Dengan uji iliopsoas dapat diperoleh informasi mengenai region retroperitoneal; dengan uji obturator didapat informasi mengenai kelainan di panggul, dan dengan perkusi tinju dapat dicapai region subfrenik (lihat Gambar 2.5).Dengan menarik testis kearah kaudal, dapat dicapai daerahdasar panggul(Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan colok dubur dan pemeriksaan vagina (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri yang difus pada lipatan peritoneum di kavum douglas kurang memberikan informasi pada peritonitis murni; nyeri pada satu sisi menunjukkan adanya kelainan didaerah panggul, seperti apendisitis, abses, atau adneksitis. Colok dubur dapat pula membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan pada obstruksi usus ampula biasanya kolaps.Pemeriksaan vagina menambah informasi untuk kemungkinan kelainan pada alat kelamin pada perempuan (Sjamsuhidajat dkk, 2010).






A. Tes iliopsoas : pasien diminta mengangkat tungkainya dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi tekanan melawan gerak tungkai sehingga m. iliopsoas dipaksa berkontraksi kuat. Jika terasa nyeri dibagian belakang didalam perut, kemungkinan ada proses radang akut atau abses di perut yang tertekan oleh otot iliopsoas yang menebal karena berkontraksi.
B. Tes obturator : tungkai pasien diputar ke dalam (endorotasi) dan eksorotasi pada posisi fleksi lutut dan lipat paha 90o; jika timbul nyeri, kemungkinan ada proses radang di daerah m. obturatorius.
C. Tes perkusi tinju : pemeriksa melakukan perkusi (bukan pukulan keras) pada sisi dinding toraks kira-kira dipertengahan antara aksila dan spina iliaka anterior superior dengan tinju melalui tangan yang lain sehingga terjadi getaran didalam karena benturan ringan. Jika terasa nyeri didalam, mungkin ada radang akut abses di ruang subfrenik antara hati dan diafragma.
Gambar 2.5 Tiga macam pemeriksaan



c.       Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang kadang perlu untuk mempermudah mengambil keputusan, misalnya pemeriksaan darah, urin dan feses.Kadang perlu juga dilakukan pemeriksaan Roentgen atau endoskopi (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Beberapa uji laboratorium tertentu dilakukan, antara lain nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan atau dehidrasi. Hitung leukosit dapat menunjukkan adanya proses peradangan. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, selain diperlukan untuk persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan kemungkinan demam berdarah yang memberikan gejala mirip gawat perut (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pemeriksaan laboratorium yang rutin perlu antara lain pemeriksaan darah perifer dan urin lengkap. Pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan antara lain amilase, lipase, elektrolik, gula darah dan ureum kreatinin (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen untuk memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus (Sjamsuhidajat dkk, 2010).Pemeriksaan foto abdomen 3 posisi perlu dilakukan untuk menentukan adanya tanda perforasi, ileus dan obstruksi usus.Selain itu, pada foto polos abdomen juga dapat ditentukan adanya kalsifikasi pada pankreas, fraktur tulang belakang dan adanya batu radiolusen pada kontur ginjal(Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Pemeriksaan ultrasonografi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis kelainan hati, saluran empedu, dan pankreas.Apendisitis akut pun dapat dipastikan dengan ultrasonografi sehingga dapat dihindari pembedahan yang tidak perlu (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Pemeriksaan colon in loop, endoskopi saluran cerna dan CT scanabdomen dilakukan sesuai dengan indikasi(Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).

2.8.Diagnosis
Seperti telah disebutkan diatas, anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat perut.Sifat, letak, dan perpindahan nyeri merupakan gejala yang penting.Demikian juga muntah, kelainan defekasi, dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskuler, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Kadang ditemukan gawat perut dengan penderita yang langsung pingsan.Pingsan dapat disebabkan oleh nyeri hebat seperti pada awal kolik empedu, perforasi tukak peptik, obstruksi usus halus akut, perforasi akut apendiks, kehamilan ektopik terganggu, dan pankreatitis akut.Dalam keadaan ini, selalu harus dipikirkan kemungkinan perdarahan yang banyak (lihat Gambar 2.6) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

(1) Kolik bilier, (2) perforasi tukak peptik duodenum, (3) perforasi tukak peptik lambung, (4) pankreatitis akut, (5) obstruksi usus halus akut, (6) perforasi apendisitis akut, (7) kehamilan ektopik terganggu
Gambar 2.6 Kolik pada gawat abdomen
Sifat nyeri, cara timbulnya pada permulaan, dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Nyeri yang timbul mendadak dan tidak tertahankan mungkin merupakan kolik ureter, kolik empedu, tanda infark jantung, tanda perforasi tukak peptik atau rupture aorta abdominal.Nyeri hebat yang timbul mendadak kemudian semakin hebat dapat disebabkan oleh pankreatitis akut, thrombosis vena mesenterika, atau kehamilan ektopik yang pecah (Sjamsuhidajat dkk, 2010).
Nyeri kolik, yang makin hebat dengan jeda antar serangan, selain disebabkan oleh kolik ureter dan kolik saluran empedu, mungkin disebabkan oleh pankreatitis (jarang), obstruksi usus halus, dan kolitis (lihat gambar 2.7) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

Gambar 2.7.Berbagai sifat nyeri yang mulai tiba-tiba dan letaknya
A.   Nyeri hebat sekali : (1) kolik bilier, (2) infark jantung, (3) kolik ureter, (4) perforasi tukak peptik, (5) ruptur aneurisma aorta.
B.   Nyeri hebat yang makin berat : (1) pankreatitis akut, (2) trombosis v mesenterika,(3) kehamilan ektopik.
C.  Nyeri menetap : (1) kolesistitis akut, kolangitis akut, hepatitis akut, (2) apendisitis akut, salpingitis akut (PID), (3) divertikulitis sigmoid, salpingitis akut.
D.    Kolik yang makin hebat : (1) awal pankreatitis (jarang), (2) kolitis berat.

a.       Nyeri di pusat
Jika terdapat nyeri sentral hebat terpusat diperut, dapat dipikirkan kemungkinan tahap awal obstruksi usus halus, apendisitis dan pankreatitis, walaupun yang terakhir ini jarang sekali ditemukan. Jika sewaktu pengamatan terjadi perkembangan klinis, seperti kenaikan suhu, muntah, atau nyeri tekan lokal, diagnosis akan lebih jelas (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Jika nyeri di pusat yang hebat ini diikuti dengan syok, harus dipikirkan kemungkinan volvulus usus halus, kehamilan ektopik yang terganggu, pankreatitis akut, oklusi pembuluh koroner, oklusi vena mesenterika (jarang), atau aneurisma aorta yang robek atau pecah (jarang) (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
Bila pada penderita ini ditemukan juga defans muskuler, perlu dipikirkan perforasi tukak peptik atau perforasi dari saluran cerna (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
b.      Kolik
Nyeri bersifat kolik disertai muntah dan distensi yang makin besar, tetapi tanpa defans muskuler yang jelas mungkin disebabkan oleh obstruksi usus halus (Sjamsuhidajat dkk, 2010)
c.       Nyeri lokal dan rangsang peritoneum lokal
Nyeri setempat disertai nyeri tekan dan defans muskuler ditempat nyeri banyak penyebabnya, tergantung letak nyeri. Letak kanan atas mungkin disebabkan oleh perforasi tukak peptik duodenum, abses hati, atau kolesistitis akut.Letak kiri atas mengarah pada kelainan limpa, sepeti rupture, infark jantung, atau pankreatitis akut (ekor pankreas terletak dikiri atas dan mencapai hilus limpa). Letak dikanan bawah mengarahkan perhatian pada apendisitis dan kelainan diagnosis bandingnya, sedangkan pada letak dikiri bawah harus dipikirkan kemungkinan adneksitis (pelvic inflammatory disease, PID) atau diverticulitis (sering di Negara barat, terutama pada orang dewasa dan usia lanjut) (Sjamsuhidajat dkk, 2010).

2.9.Etiologi
Klasifikasi etiologi pada tabel berikut, meskipun tidak lengkap, membentuk dasar yang berguna untuk evaluasi pasien dengan nyeri perut.
Tabel 2.4. Beberapa penyebab penting nyeri perut
Nyeri Yang Berasal Dari Perut
v  Inflamasi peritoneum parietal
Ø  Kontaminasi bakterial
·         Apendisitis yang mengalami perforasiatau perforasi viskus lainnya
·         Penyakit radang pelvis
Ø  Iritasi kimiawi
·         Tukak yang mengalami perforasi
·         Pankreatitis
·         Mittelschmerz
v  Obstruksi mekanis visera berongga
Ø  Obstruksi usus kecil dan besar
Ø  Obstruksi percabangan bilier
Ø  Obstruksi ureter
v  Gangguan vaskuler
Ø  Embolisme atau trombosis
Ø  Pecahnya vaskuler
Ø  Tekanan atau penyumbatan akibat torsi
Ø  Anemia sel sabit
v  Dinding perut
Ø  Distorsi dan traksi mesenterium
Ø  Trauma atau infeksi otot-otot
v  Distensi permukaan viseral
Ø  Perdarahan hatiatau kapsula ginjal
v  Peradangan viskus
Ø  Apendisitis
Ø  Demam tiphoid
Ø  Typhlitis
Nyeri Alih Bersumber Di Luar Abdomen
v  Toraks
Ø  Infark miokard akut
Ø  Miokarditis, endokarditis, perikarditis
Ø  Gagal jantung kongestif
Ø  Pneumonia
Ø  Emboli paru
Ø  Pleurodinia
Ø  Pneumotoraks
Ø  Empiema
Ø  Penyakit esofagus, spasme, ruptur, peradangan
v  Genitalia
Ø  Torsio testis
Kausa Metabolik
v  Diabetes
v  Uremia
v  Hiperlipidemia
v  Hiperparatiroidisme
v  Insifisiensi adrenal akut
v  Familial Mediterranean fever
v  Porfiria
v  Defisiensi inhibitor esterase C’I  (angioneurotic edema)
Kausa Neurologi/ Psikiatri
v  Herpes zoster
v  Tabes dorsalis
v  Kausalgik
v  Radikulitis karena infeksiatau artritis
v  Kompresi tulang belakangatauserabut saraf
v  Gangguan fungsional
v  Gangguan psikiatri
Kausa Racun
v  Keracunan timbal
v  Gigitan serangga atau hewan lain
Ø  Laba-laba black widow
Ø  Gigitan ular
Mekanisme lain
v  Penggunaan narkoba
v  Heat stroke
(Anthony S. Fauci, dkk, 2008)

2.10.        BeberapaMekanismeNyeriBerasalDiPerut
a.      Peradangan pada peritoneum parietal
Nyeri inflamasi peritoneum parietal bersifat tetap dan sakit dan terletak langsung pada daerah yang meradang, reference-nya yang tepat adalah mungkin karena nyeri ini diteruskan oleh saraf-saraf somatik yang memasok peritoneum parietal.Intensitas nyerinya bergantung pada tipe dan jumlah substansi asing yang terpapar pada peritoneum parietal selama periode waktu tertentu. Misalnya, pelepasan mendadak sejumlah kecil cairan asam lambung steril kedalam rongga peritoneum menyebabkan lebih banyak nyeri daripada sejumlah sama bahan fekal netral yang amat tercemar. Cairan pankreas yang aktif secara enzimatik menimbulkan lebih banyak nyeri dan inflamasi daripada yang ditimbulkan sejumlah sama empedu steril yang tidak mengandung enzim yang poten. Darah dan air kemih sering demikian lunak sehingga tidak terdeteksi jika keterpaparan peritoneum tidak terjadi secara mendadak dan masif.Pada kasus kontaminasi bacterial, seperti ada penyakit peradangan pelvis, nyerinya sering rendah intensitasnya pada permulaan/ dini penyakit sampai pelipatgandaan bakteri telah menyebabkan perluasan substansi yang mengganggu. Sedemikian pentingnya kecepatan bahan yang mengganggu itu mengenai peritoneum sehingga kasus pecahnya ulkus peptikum bisa dikaitkan dengan gambaran klinis yang sama sekali berbeda bergantung pada kecepatan cairan lambung memasuki rongga peritoneal (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri inflamasi peritoneal tanpa kecuali dititikberatkan oleh tekanan atau perubahan regangan peritoneum, apakah ditimbulkan oleh palpasi atau gerakan, seperti pada batuk-batuk atau bersin.Sebagai akibatnya, pasien peritonitis berbaring diam-diam ditempat tidur, lebih suka menghindarkan gerakan, kebalikannya dengan pasien dengan kolik, yang mungkin mengeliat tanpa putus-putus (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Ciri karakteristik lain dari iritasi peritoneal adalah spasme refleks tonik pada abdomen, yang terbatas pada segmen tubuh yang terlibat. Intensitas spasme otot yang tonik menyertai inflamasi peritoneal bergantung pada lokasi proses peradangan, kecepatannya berkembang, dan integritas system nervosa. Spasme pada suatu apendiks retrosekal yang mengalami perforasi atau ulkus yang berperforasi ke dalam kavum peritoneum minor (lesser peritoneal sac) mungkin minimal atau absen karena efek protektif dari visera yang menindihnya. Seperti pada nyeri inflamasi peritoneal, suatu proses yang berkembang secara perlahan sering sangat melemahkan derajat spasme otot. Kegawatan abdomen yang katastrofik seperti suatu ulkus yang mengalami perforasi telah berulang dihubungkan dengan nyeri yang minimal atau kadang tidak ada nyeri yang dapat dideteksi atau spasme otot pada pasien lemah, tua, sakit gawat, debil atau pasien psikotik (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

b.      Obstruksi visera berongga
Nyeri obstruksi visera abdominal berongga (hollow) secara klasik dilukiskan sebagai intermitten, atau seperti abdomen mulas, kolik.Akan tetapi tidak adanya sifat kejang hendaknya tidak menyesatkan, karena dilatasi satu visera berongga dapat menyebabkan nyeri yang tetap dengan eksaserbasi yang hanya kadang-kadang.Walaupun penentuan lokasinya tidak semudah nyeri inflamasi peritoneum parietal, tetap dapat dibuat pedoman umum mengenai penyebarannya(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri kolik karena obstruksi usus halus biasanya periumbilikal atau supraumbilikal dan tidak terlokalisasi dengan baik.Jika usus melebar dengan progresif dengan menghilangnya tonus otot sifat kolik dari nyeri menjadi kurang nyata.Dengan tambahan strangulasi usus obstruksi, nyeri dapat menjalar ke daerah lumbal bawah jika terdapat tarikan pada pangkal mesenterium.Nyeri kolik pada obstruksi kolon kurang intensitasnya dibandingkan dengan nyeri usus halus dan sering terletak pada daerah infraumbilikal. Radiasi nyeri ke daerah lumbal adalah umum pada obstruksi kolon (Anthony S. Fauci, dkk, 2008)
Distensi mendadak percabangan bilier menyebabkan suatu nyeri yang tetap daripada yang tipe kolik.Maka istilah kolik bilier dapat menyesatkan.Distensi kandung empedu yang akut biasanya menyebabkan nyeri pada kuadran atas kanan dengan radiasi ke daerah posterior kanan toraks, atau ujung scapula dan distensi duktus koledukus komunis sering berhubungan dengan nyeri pada epigastrium yang menjalar ke bagian atas daerah lumbal.Walaupun demikian biasanya terdapat variasi yang cukup besar sehingga diferensiasi diantara kedua distensi ini agaknya tidak mungkin.Nyeri subskapula yang tipikal atau radiasi lumbal sering tidak terdapat.Dilatasi percabangan bilier secara bertahap, seperti pada karsinoma kaput (caput) pankreas mungkin tidak menyebabkan nyeri atau hanya rasa sakit yang ringan pada epigastrium atau kuadran atas kanan. Nyeri distensi duktus pankreatikus mirip dengan yang dilukiskan untuk distensi duktus koledukus komunis tetapi, selain itu, amat sering bertambah nyeri dengan sikap terlentang dan menghilang dengan posisi tegak lurus (Anthony S. Fauci, dkk, 2008)
Obstruksi kandung kemih menyebabkan obstruksi suprapubik yang samar-samar, biasanya intensitasnya rendah. Kegelisahan tanpa keluhan spesifik tentang nyeri dapat merupakan tanda satu-satunya dari suatu kandung kemih mengembung pada seorang pasien yang telah menjadi kurang akut (obtund). Sebaliknya, obstruksi akut dari bagian intravesikular ureter dicirikan oleh nyeri suprapubik dari sisi pinggang yang hebat, yang memencar ke penis, skrotum atau permukaan dalam dari bagian atas paha. Obstruksi pertemuan uretropelvik dirasakan sebagai nyeri pada sudut kostovertebra sedangkan obstruksi dari ureter selebihnya berhubungan dengan nyeri pinggang yang sering meluas ke sisi yang sama dari abdomen (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

c.       Gangguan vaskuler
Walaupun telah banyak pengalaman yang menunjukkan hal sebaliknya, seringkali terjadi kekeliruan konsepsi bahwa nyeri yang berkaitan dengan gangguan vaskuler intraabdominal bersifat mendadak dan katastrofik. Nyeri embolisme atau thrombosis arteri mesenterika superior atau nyeri aneurisma aorta abdominal yang akan pecah pasti lebih hebat dan difus. Namun sama seringnya, pasien dengan penyumbatan arteri mesenterika superior hanya mengalami nyeri ringan yang difus dan terus-menerus selama 2 atau 3 hari sebelum kolaps vaskuler atau munculnya temuan inflamasi peritoneal. Tentu saja, tiadanya nyeri tekan dan kekakuan pada adanya nyeri difus yang terus-menerus pada seorang pasien yang mungkin sekali mempunyai penyakit vaskuler adalah sangat khas untuk penyumbatan arteri mesenterika superior.Nyeri abdomen dengan penjalaran ke daerah sakral, sisi pinggang (flank) atau genitalia harus selalu menandai kemungkinan adanya suatu aneurisma aorta abdominal yang pecah. Nyeri ini mungkin bertahan beberapa hari sebelum terjadi rupture dan kolaps(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

d.      Dinding abdominal
Nyeri yang timbul dari dinding abdomen biasanya konstan dan sakit.Pergerakan, berdiri lama, dan tekanan menambah perasaan nyeri itu dan spasme otot. Pada kasus hematoma sarung (muskulus) rektus, kini yang paling sering dijumpai dalam kaitan dengan terapi antikoagulan, suatu massa mungkin terdapat pada kuadran bawah abdomen. Keterlibatan otot-otot secara serentak pada bagian lain dari tubuh biasanya bermanfaat untuk membedakan miositosis dinding abdomen dari suatu proses intraabdominal yang dapat menyebabkan nyeri pada daerah yang sama(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
e.       Nyeri alih pada penyakit abdomen
Nyeri yang dirujuk ke abdomen dari dada, tulang belakang atau genitalia bisa menjadi masalah diagnostik yang menjengkelkan, karena penyakit bagian atas rongga abdomen seperti kolesistitis akut atau tukak yang berperforasi sering berkaitan dengan komplikasi intratorakal.Suatu pernyataan yang paling penting, namun sering dilupakan adalah bahwa kemungkinan penyakit intratorakal harus dipertimbangkan pada setiap pasien dengan nyeri abdomen. Pengajuan pertanyaan dan pemeriksaan sistemik yang diarahkan pada pendeteksian ada atau tidak adanya infark miokard atau paru, pneumonia, perikarditis, atau penyakit esophagus (penyakit intratorakal yang paling sering tersamar sebagai kedaruratan abdominal) akan sering memberikan cukup petunjuk untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Pleuritis diafragmatika akibat pneumonia atau infark paru dapat menyebabkan nyeri pada kuadran atas kanan dan nyeri pada daerah supraklavikuler, radiasi yang disebut belakangan hendaknya dibedakan dengan tegas dari nyeri subskapula yang dirujuk yang disebabkan distensi percabangan billier ekstrahepatik.Keputusan akhir mengenai asal nyeri abdominal mungkin membutuhkan pengamatan seksama dan terencana untuk suatu periode beberapa jam. Selama waktu itu, pertanyaan dan pemeriksaan berulang-ulang akan memberikan penjelasan yang tepat(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri alih yang berasal dari toraks sering disertai dengan splinting pada hemitoraks bersangkutan dengan kesenjangan pernapasan dan berkurangnya ekskursi yang lebih terlihat dibandingkan yang ditemukan pada nyeri alih pada penyakit intraabdominal. Selain itu, spsme otot abdominal yang nyata yang disebabkan oleh nyeri alih akan berkurang pada waktu fase inspirasi, tetapi persisten selama kedua fase pernapasan bila spasme itu berasal dari abdomen. Palpasi pada daerah nyeri alih pada abdomen biasanya juga tidak menonjolkan nyeri tersebut dan pada banyak contoh sebenarnya seperti meringankannya.Seringnya koeksistensi penyakit toraks dan abdominal dapat menyesatkan dan membingungkan, jadi diferensiasi mungkin sulit atau tidak mungkin.Misalnya pasien dengan penyakit saluran empedu yang diketahui sering mengalami nyeri epigastrik pada waktu infark miokard, atau kolik bilier mungkin dirasakan didaerah prekordium atau bahu kiri pada seorang pasien yang sebelumnya menderita karena angina pektoris.Untuk penjelasan mengenai radiasi nyeri ke suatu daerah yang sebelumnya berpenyakit (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri alih dari spina, yang biasanya mencakup kompresi atau perangsangan radiks saraf, ditandai dengan peningkatan nyeri pada pergerakan tertentu seperti batuk, bersin atau peregangan otot dan berkaitan dengan hiperestesia pada dermatom yang diinervasinya.Nyeri yang menjalar ke abdomen dari testis atau vesika seminalis umumnya timbul bila organ tersebut ditekan.Nyeri abdomen bersifat tumpul dan sukar ditentukan letaknya (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

f.       Krisis metabolik abdominal
Nyeri yang asalnya metabolik dapat merangsang hampir semua penyakit intraabdominal tipe lainnya.Disini beberapa mekanisme mungkin berperan. Pada kasus-kasus tertentu, seperti hiperlipemia, penyakit metabolik sendiri dapat disertai suatu proses intraabdominal seperti pankreatitis, yang dapat menyebabkan laparotomy yang tidak perlu kecuali kalau dikenali. Defisiensi CI esterase yang berhubungan dengan edema angioneurotik juga sering berhubungan dengan episode nyeri abdomen yang hebat.Bilamana penyebab nyeri abdomen tidak jelas, suatu sumber selalu harus dipertimbangkan.Nyeri abdomen juga merupakan pertanda demam Mediteranian yang familial(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Problem diagnosis diferensial sering tidak mudah terpecahkan.Nyeri porfiria dan kolik timah hitam biasanya sulit dibedakan dari nyeri obstruksi intestinal, karena hiperperistalsis yang merupakan ciri mencolok dari keduanya.Nyeri uremia atau diabetes tidak spesifik sedangkan nyeri atau nyeri tekannya sering berubah lokasi dan intensitasnya.Asidosis diabetik dapat dicetuskan oleh apendisitis akut atau obstruksi intestinal.Jadi, jika resolusi nyeri abdominal tidak cepat terjadi sebagai hasil dari koreksi kelainan-kelainan metabolik, seharusnya sungguh-sungguh dicurigai suatu problem organik yang mendasarinya.Gigitan black widow spider menyebabkan nyeri yang hebat dan kekuatan kekuatan otot-otot abdomen dan otot-otot punggung, suatu daerah yang jarang terlibat pada penyakit yang asalnya intraabdominal (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

g.      Penyebab neurogenik
Nyeri kausalgik (Causalgic) mungkin terdapat pada cedera saraf tipe sensoris.Nyeri ini mempunyai karakter rasa seperti terbakar dan biasanya terbatas pada distribusi suatu saraf perifer.Rangsangan normal seperti sentuhan atau perubahan suhu dapat berubah menjadi nyeri jenis ini, yang juga sering terdapat pada seorang pasien dalam keadaan istirahat.Suatu temuan yang bermanfaat adalah demonstrasi bahwa tempat-tempat nyeri kutaneus kini berspasi secara tidak teratur, dan ini mungkin merupakan indikasi satu-satunya dari suatu lesi saraf tua yang mendasari nyeri kausalgik.Sekalipun nyeri itu dapat dicetuskan oleh palpasi yang lembut, kekakuan otot-otot abdomen tidak terdapat, dan pernapasan tidak terganggu.Penggelembungan abdomen tidak biasa dan nyeri itu tidak berhubungan dengan masuknya makanan(Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri yang beasal dari saraf spinalis atau radiks saraf hilang timbul dengan cepat dan terasa menusuk.Nyeri ini dapat disebabkan oleh herpes zoster, menyertai artritis, tumor, herniasi nucleus pulposus, diabetes atau sifilis.Sekali lagi, nyeri ini tidak dihubungkan dengan makanan, distensi abdomen, atau perubahan pernapasan.Spasme otot berat, seperti pada krisis lambung tabes dorsalis, sering terjadi tetapi menghilang atau tidak bertambah dengan penekanan abdomen.Nyeri bertambah parah dengan pergerakan spina dan biasanya hanya terasa pada beberapa dermatom saja.Hiperestesia juga sering terjadi (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Nyeri psikogenik tidak satupun yang sesuai dengan para pasien penyakit tersebut di atas.Disini mekanismenya sulit diberi definisi. Problem yang paling umum ialah remaja atau orang muda yang histeris yang menderita nyeri abdomen dan orang yang harus kehilangan usus buntu atau organ lain karena itu. Ovulasi atau beberapa peristiwa alami lain yang menyebabkan nyeri abdomen ringan yang singkat kadang-kadang dialami sebagai malapetaka abdominal (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Jenis dan lokasi nyeri psikogenik amat beragam tapi biasanya tidak ada hubungannya dengan makanan.Awitannya kerap terlihat nyata pada malam hari.Mual dan muntah jarang ditemukan walaupun kadang-kadang pasien melaporkan gejala-gejala ini.Spasme jarang timbul pada otot-otot abdomen dan jika terjadi, tidak menetap, khususnya jika perhatian pasien dapat dialihkan.Nyeri tekan setempat jarang, dan jika ditemukan, kejang otot pada daerah itu tidak konsisten dan sering tidak ada. Pembatasan kedalaman pernapasan adalah kelainan pernapasan yang paling umum, tetapi ini berwujud dalam rasa tercekik atau tersedak dan merupakan bagian dari keadaan cemas. Pembatasan ini terjadi karena tidak adanya thoracic splinting atau karena terjadinya perubahan pada kecepatan pernapasan (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

2.11.        Diagnosisdifferensial
Tabel 2.5.Diagnosis DifferensialNyeri AbdomenBerdasarkan Lokasi
Kuadran Atas Kanan
Kolesistitis
Kolangitis
Pankreatitis
Pneumonia/ Empiema
Pleurisy/ Pleurodynia
Abses Subdiaphragmatik
Hepatitis
Budd-Chiari syndrome
Epigastrik
Ulkus peptikum
Gastritis
GERD
Pankreatitis
Infark Miokard
Perikarditis
Ruptur Aneurisma Aorta
Esofagitis
Kuadran Atas Kiri
Infark Limpa
Ruptur Limpa
Abses Limpa
Gastritis
Ulkus Gaster
Pankreatitis
Abses Subdiaphragmatik
Kuadran Bawah Kanan
Apendisitis
Salpingitis
Hernia Inguinalis
Kehamilan Ektopik
Nefrolitiasis
Inflammatory bowel disease
Mesenteric lymphadenitis
Typhlitis
Periumbilikus
Apendisitis Awal
Gastroenteritis
Bowel obstruction
Ruptur Aneurisma Aorta
Kuadran bawah Kiri
Divertikulitis
Salpingitis
Hernia Inguinalis
Kehamilan Ektopik
Nefrolitiasis
Irritable bowel syndrome
Inflammatory bowel disease
Nyeri Non-Lokalis yang Difus

Gastroenteritis
Iskemia Mesenterika
Bowel obstruction
Irritable bowel syndrome
Peritonitis
Diabetes
Malaria
Familial Mediterranean fever
Metabolic diseases
Penyakit Psikiatrik

(Anthony S. Fauci, dkk, 2008)

2.12.        Pendekatan terhadap pasien dengan nyeri abdomen
Ada beberapa kondisi abdominal yang memerlukan intervensi operatif yang mendesak sehingga pendekatan yang teratur harus ditinggalkan, seberapa sakitnya pun pasien tersebut.Hanya pasien dengan perdarahan yang menghabiskan darah harus segera dilarikan ke kamar operasi, tetapi dalam hal seperti itu, hanya diperlukan beberapa menit untuk menilai sifat kritis problema itu.Dalam keadaan-keadaan ini, semua halangan harus disingkirkan, jalan masuk yang memadai untuk penggantian cairan intravena harus didapatkan dan operasi dimulai.Banyak pasien tipe ini meninggal dibagian radiologi atau gawat darurat waktu menunggu pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu seperti elektrokardiogram atau foto abdomen.Tidak ada kontraindikasi untuk operasi jika terdapat perdarahan yang masif.Meskipun sangat penting, keadaan ini untung relatif jarang (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Tidak ada yang dapat menggantikan anamnesis mendetil yang seksama dan rapi.Anamnesis semacam ini jauh lebih berharga daripada pemeriksaan laboratoris atau rontgenologik.Namun anamnesis ini sulit dan menyita waktu sehingga tidak popular, sungguhpun suatu diagnosis yang agak tepat dapat dibuat atas dasar anamnesis saja pada kebanyakan kasus.Kajian mutakhir mengenai diagnosis nyeri abdomen dengan bantuan komputer menunjukkan bahwa tekhnik ini tidak memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan penilaian klinis saja.Pada kasus nyeri abdomen yang akut, suatu diagnosis mudah ditegakkan pada kebanyakan hal, sedangkan sukses tidaklah demikian sering dicapai pada para pasien dengan nyeri yang kronik.Karena sindrom kolon iritatif (irritable colon) adalah satu dari penyebab nyeri abdomen yang paling umum maka kemungkinan diagnosis ini harus selalu diingat.Urutan kronologis dari kejadian-kejadian dalam anamnesis pasien sering lebih penting daripada menunjukkan perhatian pada lokasi nyeri. Bila pemeriksa cukup terbuka pikirannya dan tidak terburu-buru, ajukan pertanyaan yang tepat, dan dengarkan, pasien biasanya akan memberikan diagnosis. Perhatian yang seksama harus ditujukan pada daerah-daerah ekstraabdominal yang mungkin bertanggung jawab untuk nyeri abdominal.Suatu riwayat menstruasi yang tepat pada seorang pasien perempuan adalah esensial.Narkotika dan analgetika seharusnya tidak diberikan sampai suatu diagnosis atau rencana yang definitif dirumuskan karena agen-agen ini sering mempersulit pemeriksa untuk mendapatkan dan menafsirkan anamnesis dan temuan fisik (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Dalam pemeriksaan, inspeksi yang kritis dan sederhana terhadap pasien, misalnya fasies, posisi ditempat tidur dan aktivitas pernapasan, dapat memberikan petunjuk berharga.Jumlah informasi yang dikumpulkan sedikit demi sedikit berbanding proporsional dengan keramahan dan ketelitian pemeriksa.Sekali seorang pasien dengan inflamasi peritoneal diperiksa secara kasar, penilaian yang tepat oleh pemeriksa berikutnya menjadi hamper tidak mungkin.Sebagai contoh, menimbulkan nyeri lepas dengan mendadak melepaskan tangan yang digunakan palpasi dalam-dalam pada seorang pasien yang dicurigai menderita peritonitis adalah kejam dan tidak perlu. Inflamasi yang sama dapat diperoleh dengan perkusi abdomen secara lembut (nyeri lepas pada suata skala miniatur), suatu maneuver yang dapat jauh lebih tepat dan setempat. Meminta pasien untuk batuk akan menimbulkan nyeri lepas (rebound tenderness) yang sesungguhnya tanpa harus meletakkan satu tangan pada abdomen. Lebih jauh lagi, memperlihatkan nyeri lepas yang kuat akan mengejutkan dan menyebabkan spasme protektif pada seorang pasien yang gelisah dan cemas, padahal nyeri lepas yang sesungguhnya tidak ada. Suatu kandung empedu yang dapat diraba akan tidak teraba jika palpasi dilakukan secara kasar sehingga spsme otot volunteer menutupi (superimposed) kekakuan otot involunter (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Seperti pada pengambilan anamnesis, waktu yang diluangkan untuk pemeriksaan tidak tergantikan oleh apapun.Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda abdominal mungkin minimal tetapi walaupun demikian, jika disertai gejala-gejala yang konsisten, mungkin bermakna besar. Tanda-tanda mungkin cuma tampaknya saja ada atau sama sekali tidak ada pada kasus peritonitis pelvik, jadi pemeriksaan pelvik dan rektal harus dilakukan pada setiap pasien dengan nyeri abdomen. Terdapatnya nyeri pada pemeriksaan pelvik atau rektal pada tidak adanya tanda-tanda abdominal lain harus menuntun si pemeriksa mempertimbangkan indikasi-indikasi operatif yang demikian penting seperti apendisitis yang mengalami perforasi, diverticulitis, kista ovarium yang terpelintir dan banyak yang lainnya (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Banyak perhatian telah diberikan pada ada atau tidak adanya bunyi peristaltik, kualitasnya dan frekuensinya.Auskultasi abdomen mungkin adalah salah satu aspek pemeriksaan fisis yang paling tidak bermanfaat pada seorang pasien dengan nyeri abdomen.Bencana hebat seperti strangulasi usus halus yang menyebabkan obstruksi intestinal atau apendisitis yang mengalami perforasi, mungkin terjadi pada peristaltis yang normal.Sebaliknya, jika bagian proksimal usus diatas suatu obstruksi menjadi menggembung sangat mencolok dan sembab, bising peristaltik mungkin kehilangan ciri borborigminya dan menjadi lemah atau tidak terdengar bahkan walaupun peritonitis tidak ada.Biasanya peritonitis kimiawi serius dengan awitan mendadak yang dikaitkan dengan abdomen yang benar-benar sunyi.Penilaian keadaan hidrasi pasien adalah penting.Hematokrit dan urinalisis memungkinkan penafsiran yang tepat mengenai beratnya dehidrasi sehingga dapat dilaksanakan penggantian yang memadai (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Pemeriksaan laboratorium mungkin sangat berharga untuk menilai pasien dengan nyeri abdomen, namun dengan hanya beberapa pengecualian pemeriksaan ini jarang dapat membantu menegakkan diagnosis.Leukositosis seharusnya tidak merupakan faktor penentu tunggal mengenai apakah operasi terindikasi atau tidak.Suatu jumlah leukositosis yang lebih besar dari 20.000/mm3 mungkin teramati dengan perforasi viskus, tetapi pankreatitis, kolesistitis akut, penyakit radang pelvik dan infark usus dapat berhubungan dengan leukositosis yang mencolok.Suatu hitung leukosit yang normal bukannya tidak jarang pada kasus-kasus perforasi visera abdominal.Diagnosis anemia mungkin lebih membantu daripada jumlah leukosit, khususnya jika digabung dengan anamnesis (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Urinalisis juga bernilai besar untuk menunjukkan sampai tingkatan tertentu keadaan hidrasi atau mengenyampingkan penyakit ginjal yang serius, diabetes atau infeksi saluran kemih. Penentuan kadar BUN (blood urea nitrogen), gula darah dan bilirubuin serum juga dapat membantu. Penentuan amilase serum dinilai berlebihan. Karena banyak penyakit selain pankreatitis, misalnya tukak yang berperforasi, strangulasi usus dengan obstruksi, dan kolesistitis akut mungkin berhubungan dengan peningkatan amylase serum yang mencolok, maka dengan seksama harus dilakukan penolakan operasi terhadap seorang pasien yang dilakukan hanya karena meningkatnya kadar amilase serum. Penentuan lipase serum mungkin lebih akurat dibandingkan amilase serum (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Foto polos abdomen dalam posisi tegak dan lateral decubitus mungkin paling besar nilainya. Foto-foto ini biasanya tidak diperlukan pada pasien dengan apendisitis akut atau hernia eksterna yang mengalami strangulasi. Akan tetapi, pada kasus obstruksi usus, tukak yang mengalami ulserasi, dan berbagai kondisi lain foto mungkin diagnostik. Pada beberapa kasus yang jarang, pemeriksaan bagian atas dari traktus gastrointestinal dengan barium dan medium yang larut dalam air dapat memperlihatkan obstruksi usus parsial yang dapat menghindarkan diagnosis dengan cara lain. Jika terdapat sembarang pertanyaan mengenai obstruksi kolon, pemberian barium sulfat peroral hendaknya dihindarkan.Sebaliknya, enema barium tidak terhingga nilainya pada kasus-kasus obstruksi kolon dan harus lebih sering digunakan jika tidak terdapat kemungkinan perforasi (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Bilas peritoneal merupakan suatu tindakan diagnostik yang aman dan efektif pada para pasien dengan nyeri abdomen akut.Tindakan ini mempunyai nilai khusus pada pasien dengan trauma tumpul pada abdomen dimana evaluasi abdomen mungkin sulit karena cedera multiple lainnya pada tulang belakang, pelvis atau iga dan dimana darah dalam rongga abdomen hanya menimbulkan suatu reaksi peritoneal yang sangat ringan.Jika tidak ada trauma, bilas peritoneal telah digantikan oleh ultrasound atau laparoskopi.Ultrasonografi terbukti sangat berguna untuk mendeteksi kandung empedu atau pancreas yang membesar, adanya batu ginjal, ovarium yang membesar, atau kehamilan tuba.Laparoskopi khususnya bermanfaat untuk mendiagnosis keadaan pelvik seperti kista ovarium, kehamilan tuba atau salpingitis dan apendisitis akut. Radioisotopic scans (HIDA) dapat membantu membedakan kolesistitis akut dari pankreatitis akut. Computed Tomography (CT) scan dapat memperlihatkan pancreas yang membesar atau limpa yang robek, akan tetapi metode ini seharusnya hanya digunakan untuk masalah spesifik seperti ini (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).
Kadang-kadang, pada lingkungan terbaik dengan ditunjang alat bantu dan dengan keterampilan klinis yang paling tinggi, suatu diagnosis definitive nyeri abdomen tidak dapat ditegakkan waktu pemeriksaan awal. Namun demikian, walaupun kekurangan diagnosis anatomik yang jelas, mungkin sangat jelas bagi seorang dokter dan ahli bedah yang berpengalaman dan penuh perhatian, bahwa atas dasar-dasar klinis saja operasi harus dilakukan.Seandainya keputusan itu diragukan, menunggu dengan kewaspadaan, mengajukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan ulang seringkali dapat menerangkan sifat sejati penyakit dan menunjukkan rangkaian tindakan yang tepat (Anthony S. Fauci, dkk, 2008).

2.13.        Tatalaksana
Dengan semakin canggihnya pameriksaan baik pemeriksaan radiologi dan endoskopi, tatalaksana pasien dengan akut abdomen juga semakin luas selain terapi farmakologi dan terapi bedah terapi endoskopi dan terapi radiologi intervensi serta terapi melalui laparoskopi merupakan modalitas yang biasa dilakukan pada pasien dengan akut abdomen.Beberapa keadaan akut abdomen dimana tindakan operasi bukan merupakan pilihan utama adalah pada pankreatitis biliaris akut dimana setelah terapi antibiotik yang kuat drainage bilier melalui endoskopi harus dilakukan (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Keadaan dimana pendekatan radiologi menjadi pilihan pertama yaitu pada abses hati dimana aspirasi abses melalui ultrasonografi abdomen harus dilakukan bersamaan dengan terapi antibiotik (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).
Secara umum pada akhirnya penanganan pasien dengan akut abdomen adalah menentukan apakah pasien tersebut merupakan kasus bedah yang harus dilakukan tindakan operasi atau jika tindakan bedah tidak perlu dilakukan segera kapan kasus tersebut harus dilakukan tindakan bedah (Aru W. Sudoyo, dkk, 2009).


BAB III
PENUTUP
  
Kesimpulan
Abdominal pain (nyeri abdomen) merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di setiap regio abdomen.Dapat berupa nyeri abdomen akut maupun kronis.
Gawat abdomen memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindak bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan masif di rongga perut maupun disaluran cerna.
Keputusan untuk melakukan tindak bedah harus segera diambil karena setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung pada kemampuan melakukan analisis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Pengetahuan anatomi dan fatal perut beserta isinya sangat penting untuk menyingkirkan satu demi satu dari kemungkinan penyebab nyeri perut akut.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2.      CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
3.      Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New York. Mcgrawhill companies.
4.      Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2001.
5.      Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
6.      R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
7.      Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

No comments:

Post a Comment